Syaefudin Simon

Oleh: Syaefudin Simon, Kolumnis Freelance

Mungkinkah Indonesia merdeka jika Amerika tidak menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki? Ada orang menyatakan, mungkin. Tapi ada pula yang menyatakan tidak mungkin.

Guru Gembul, Youtuber kondang, menyatakan mungkin. Karena Jepang ketika “datang” di Indonesia sudah berjanji akan memberikan kemerdekaan.

Kenapa? Cita-cita Jepang akan menjalankan neokolonialisme di dunia, termasuk Indonesia.

Neokolonialisme adalah kelanjutan dari konsep kolonialisme yang sudah usang. Terlalu banyak korban manusia dalam kolonialisme. Jutaan manusia, militer dan sipil tewas. Tapi dalam neokolonialisme, Jepang tetap bisa mengeruk harta dari negara yang dijajah, tanpa menimbulkan korban akibat peperangan.

Caranya, negara yang dijajah “dipaksa” ekonominya tergantung kepada kepada negara yang menjajahnya. Itulah sebabnya, Bung Karno sudah wanti-wanti, “awas bahaya neokolonialisme”. Karena itu Guru Gembul percaya, Jepang akan memenuhi janjinya: memerdekakan Indonesia.

Bagi yang tidak percaya Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia alasannya banyak. Selama menjajah Indonesia, Jepang sangat kejam. Gambarannya, selama masa penjajahan Jepang, menurut catatan Biro Kependudukan kurun waktu itu, populasi Indonesia stagnan. Tidak bertambah. Kenapa? Jumlah kelahiran “nyaris sama” dengan jumlah kematian. Catat saat itu belum ada program KB (Keluarga Berencana). Sedangkan wanita Indonesia terkenal subur. Ini artinya, dapat diduga, kematian akibat penjajahan Jepang sangat tinggi. Baik kematian akibat peperangan maupun kelaparan.

Banyak pejuang mati dibunuh tentara Jepang. Banyak pula yang mati kelaparan. Kekayaan Indonesia pun dikuras. Dan ribuan wanita Indonesia dijadikan budak seks oleh tentara Jepang (jugun ianfu).

Penyair Idrus, misalnya, dalam puisi Corat Caret di Bawah Tanah menulis: “Kartono sedang asyik bekerja. Dadanya bengkok seperti orang Jepang.”

Paus Sastra HB Jassin menafsirkan, dadanya bengkok seperti orang Jepang adalah ungkapan sinisme Idrus bahwa janji orang Jepang bengkok, tidak dapat dipercaya. Idrus tak percaya Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Jepang yang menjuluki dirinya “saudara tua” bangsa Indonesia, akhirnya terpaksa memberikan kemerdekaan setelah bertekuk lutut kepada tentara Sekutu. Ini kondisi yang terpaksa. Mana mungkin negara kalah perang akan punya kekuatan untuk menjajah negara lain? Setelah bertekuk lutut terhadap Sekutu, kekuatan militer Jepang dipreteli habis. Tanpa dukungan militer yang kuat, tak mungkinlah tentara Dai-Nippon bisa menjajah bangsa lain. Ini artinya, mau tidak mau Jepang harus memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Momen seperti itulah yang lama ditunggu para pejuang kemerdekaan. Begitu Jepang kalah setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, para pejuang Indonesia bergerak cepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Dan Jepang pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Lalu senangkah Oppenheimer — pencipta bom atom — melihat kekalahan Jepang sehingga membuat Indonesia merdeka?

Ternyata tidak! Bagi Oppenheimer, bom atom bukannlah senjata perang semata. Tapi senjata genosida. Senjata pemusnah manusia.

Sebelum bom atom diterbangkan oleh pesawat militer Enola Gay untuk dijatuhkan ke kota Hiroshima, Oppenheimer sudah “miris” membayangkan tragedi kemanusiaan akibat ledakan “Little Boy” itu. Oppie — panggilan akrab Oppenheimer — minta diadakan jajak pendapat di Amerika — apakah publik AS setuju peledakan bom atom di Hiroshima?

Permintaan Oppie tidak digubris militer AS. Bagi Presiden Truman, Jepang tidak mungkin menyerah jika tidak merasakan dahsyatnya bom atom.

Presiden Truman menyatakan di depan Oppenheimer — mana kamu pilih kematian ratusan ribu orang Jepang atau kematian 32 juta manusia akibat peperangan yang akan terus berlanjut?

Presiden Truman menyatakan, jika perang tidak dihentikan dengan bom atom, 28 juta militer dan rakyat Jepang tewas; empat juta tentara Sekutu tewas. Mana kau pilih Oppie?

Oppenheimer akhirnya setuju memimpin Manhattan Project untuk membuat bom atom. Demi menghentikan perang dunia kedua.

Ketika test bom atom berhasil di Los Alamos, New Mexico — melihat dahsyatnya ledakan bom atom — Oppie mengalami dilema. Apakah menghentikan perang dunia harus menggunakan bom atom? Dia, ahli fisika genius itu, berpikir panjang. Jika Amerika membuat bom atom, niscaya Uni Soviet pun akan melakukan hal sama.

Presiden Truman saat itu meyakinkan Oppie, tidak mungkin Uni Soviet bisa membuat bom atom. Sedangkan Oppie yakin, Uni Soviet bisa membuat bom atom yang sama.

“Tuan Presiden, Uni Soviet juga punya ahli-ahli fisika yang hebat. Karena itu, Uni Soviet akan bisa membuat bom atom. Ketika Uni Soviet bisa membuat bom atom, perlombaan senjata genosida pun dimulai dan tidak akan pernah berhenti,” kata Oppie seperti terlihat di film Oppenheimer. Tapi Truman tetap pada pendapatnya. Uni Soviet tidak akan bisa membuat bom atom.

Prediksi Oppie benar, Uni Soviet kemudian bisa membuat bom atom. Sejak itulah terjadi perlombaan pembuatan senjata atom di muka bumi sampai hari ini. Dan Oppenheimer sangat menyesal karena dirinyalah yang memulai pembuatan bom atom.

Oppenheimer kemudian mendapat julukan “Bapak Bom Atom” dunia. Julukan ini sangat menyakitkan karena dia akan dikenal sebagai monster kematian di dunia.

“Akulah kematian, penghancur dunia — jerit Julius Robert Oppenheimer menyesali dirinya, dengan mengutip sebuah kalimat dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita.

Di padang rumput Los Alamos, New Mexico, lokasi Mahattan Project berbiaya 4 miliar dolar untuk membuat bom atom itu, Oppie bingung. Ia stres, menyesali dirinya karena membuat bom atom.

Oppie menyesal telah memimpin Manhattan Project yang berhasil membuat bom atom. Dia tegas tidak mau melanjutkan projek berikutnya, membuat bom hidrogen yang daya ledaknya lebih hebat dari dari bom atom. Presiden Truman minta Oppie membuat bom hidrogen demi keamanan Amerika.

Oppie menolak. Presiden Truman geram. Oppie, kau jangan cengeng, ketus Truman. Oppie tetap menolak. Oppie siap dikucilkan Amerika karena penolakannya terhadap projek bom hidrogen tersebut.

Itulah dilema kehidupan Oppenheimer. Oppie menghadapi pilihan sulit baik sebagai ilmuwan maupun warga negara AS yang menyintai negerinya.

Oppie makin stres lagi ketika melihat korban tewas akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki mencapai 220.000 orang. Terpikir oleh Oppie bahwa dirinya adalah penghancur dunia.

Apa kaitan dengan kemerdekaan Indonesia?
Dari gambaran di atas, kemerdekaan Indonesia “berhutang” kepada “tragedi bom atom” yang hingga hari ini masih terus kontroversial. Kontroversial karena saat ini, jumlah bom atom yang dimiliki Amerika dan Uni Soviet (Rusia) kekuatannya sudah bisa menghancurkan lebih dari 100 planet bumi. Sungguh miris!

Dari perspektif inilah, kita bangsa Indonesia, patut berterimakasih kepada para pendiri bangsa, yang telah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara yang dalam preambulenya menyatakan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi.

Perdamaian abadi inilah kata kunci untuk mencegah terulangnya ledakan bom atom. Indonesia harus berpartisipasi aktif untuk mewujudkan perdamaian tersebut.

(“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebagsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *