Penulis: Jamaluddin Mohammad, Pengamat Bola·
“Jangan campur adukkan olahraga dengan politik,” kata Jokowi menyeusul banyaknya penolakan sejumlah pihak atas keikutseraan tim Israel di Piala Dunia U-20 yang rencananya diadakan di Indonesia.
Salah satu yang menolak keras kehadiran tim sepal bola Israel adalah Gubernur Bali Wayan Koster. “israel adalah negara penjajah,” tegasnya.
Alasan serupa sebetulnya digunakan negara-negara Eropa ketika menolak keterlibatan tim Rusia dalam piala dunia 2022 dan UEFA karena melakukan penjajahan terhadap Ukraina
Jokowi keliru soal ini. FIFA sebagai induk organisasi sepak bola dunia juga ternyata berpolitik. Buktinya ia mengeluarkan Rusia karena dianggap penjajah, meskipun tidak berlaku bagi Israel sebagai sama-sama penjajah. Anak emas Amerika ini memang istimewa dan selalu diistimewakan dunia, termasuk oleh FIFA.
Jika tentara Israel membunuh perempuan dan anak-anak, pesawat-pesawat tempurnya terbang bebas melintasi negara-negara lain sambil melepas rudal-rudal canggihnya ke pelbagai sasaran militer atau pun sipil, dunia akan berteriak ia sedang membela diri dari aksi-aksi terorisme.
Bahkan, organisasi pembebasan nasional seperti Hamas pun tak luput dilabeli teroris. Semua yang melawan Iarael adalah teroris. Artinya, ia bukan hanya musush Israel melainkan musuh dunia, musuh kemanusiaan.
Di tengah ketidakadilan dan ketidakrasionalan global, tindakan “rasional” hanya dilakukan Rusia, Iran atau China.
Saya teringat kata-kata William Blum dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “Demokrasi Ekspor Amerika Paling Mematikan”, Amerika mungkin masih akan menjadi negara super power hingga seratus tahun lagi, namun bukan lagi satu-satunya di dunia ini. Ada China, India, atau pun Rusia. Utk menghadapi mereka, Amerika tak semudah menghadapi Irak, Afganistan, Suriah, atau Libia.
Dalam soal penolakan terhadap timnas sepakbola Israel, saya sepenuhnya sepakat dengan statemen Kiai Yachya Cholil Satquf (GY) bahwa menolak tim sepakbola Israel sama sekali tak membantu dan memberi manfaat bagi Palestina. Yang terpenting adalah bagaimana memperkuat positioning Indonesia di mata internasional.
Pernyataan GY terbukti benar. Begitu negara kita digertak balik FIFA yang mengancam memindahkan tuan ruamh piala dunia U-20, pemerintah kita langsung mlempem (bahasa halusnya melunak). Presiden langsung turun tangan dan mengirim menterinya bernegosiasi dengan FIFA. Jangankan lawan Israel, berhadapan dengan FIFA saja sudah “kapicirit”
Ala kulli hal, saya tdk bisa membayangkan jika penolakan itu datang dari Rizieq Syihab. Meskipun bukan menggunakan argumentasi keagamaan pasti akan langsung dituduh ekstrimisme Islam.
Terlepas dari polemik dan kontroversi penolakan tim Israel, Wayan Koster sudah mengembalikan marwah bangsa ini sebagai negara berdaulat dan menjunjung tinggi UUD 45: bahwa seaungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Saya mengangkat topi untuk Wayan Koster, seperti saya menghormat dengan sehormat-hormatnya kepada Soekarno yang menolak bertanding dengan Israel dan memilih tidak mengikuti piala dunia. Harga sebuah bangsa tdk bisa ditukar dengan apapun